Oleh Joko Madsono
Ketika kita berfikir untuk memahami lukisan yang dihasilkan oleh Basoeki Abdullah, maka yang muncul dari sekian banyak literatur buku atau literatur lainya tentang pelukis Basoeki Abdullah dan hasil karya lukisanya yang disusun oleh berbagai penulis jarang sekali menyebutkan keunikan lukisan karya Basoeki Abdullah yang menjadi daya tarik hingga seseorang ingin melihat, mengagumi, serta mengapresiasinya dengan baik. Unik memiliki pengertian hanya satu-satunya, tidak ada yang menyamai suatu peristiwa yang tidak pernah ada sebelumnya atau tidak mungkin ada ditempat lain (Poerwadarminta, 1982 : 1129). Hal ini berarti bahwa yang dimaksud dengan keunikan lukisan Basoeki Abdullah yaitu lukisan karya Basoeki Abdullah yang hanya satu satunya dan tidak ada yang menyamainya dan memiliki daya tarik lebih untuk diapresiasi. Apabila kita perhatikan lebih dalam, yang unik itu rupanya bukan hanya lukisan karya Basoeki Abdullah, bahkan sosok Basoeki Abdullah sebagai seorang pelukis termasuk unik dan berbeda pula dengan kehidupan pelukis Indonesia lainya.
Pertama, bahwa pelukis Basoeki Abdullah dapat dikatakan sebagai seorang pelukis yang kontroversial dalam sejarah perkembangan seni rupa Indonesia. Keberadaannya sebagai pelukis di Indonesia bagi para pengkritik seni sepertinya tidak mendapatkan apresiasi yang baik, bahkan cendrung untuk dipinggirkan dan disingkirkan dalam kehidupan berkesenian seni rupa Indonesia. Permasalahan ideologi yang berbeda dalam menginterprestasikan karya lukis Basoeki Abdullah diungkapkan S Sudjojono pada tahun 1940-an s.d 1950-an, yang berpendapat bahwa lukisan yang berkualitas adalah lukisan yang menunjukan ke-Indonesian (realitas jaman revolusi) dan seni yang baik adalah karya seni yang ekspresif (sesuai dengan jiwa ketok) serta tidak komersial. Pendapat S. Sudjojono ini rupanya sangat mempengaruhi opini publik khususnya di kalangan perupa akademi, sehingga terkesan bahwa lukisan aliran naturalis dan realis adalah karya yang tidak berkualitas dan inferior. Pendekatan kritik terhadap gaya naturalis dengan menggunakan pendekatan kritik lain (ekspresif) membentuk sudut pandang yang berbeda, hasilnya tentu akan berbeda. Hal ini tentu sangat merugikan keberadaan Basoeki Abdullah sebagai seorang pelukis dan juga termasuk karya lukisnya, tetapi Basoeki Abdullah tidak menanggapi kritik tersebut dan terus berkarya. Basoeki Abdullah masih beruntung, bahwa masyarakat luas masih arif dan bijak dalam menanggapi dan mengapresiasi lukisan karya Basoeki Abdullah, mereka mengagumi lukisan Basoeki Abdullah tanpa harus mencari nilai ekspresinya yang tersembunyi. Masyarakat mengagumi karya lukis Basoeki Abdullah baik lukisan potretnya. pemandangan alam yang indah, ketepatanya dalam meniru objek, dan masyarakat juga mengagumi keterampilan teknis yang di miliki pelukis Basoeki Abdullah yang mampu menghasilkan karya berkualitas tinggi melalui gaya naturalis. Apapun bentuknya, kritik tajam yang pernah ditujukan pada karya seni lukis Basoeki Abdullah pada akhirnya S Sudjojono mengakui bahwa karya lukisan potret Basoeki Abdullah adalah lukisan potret terbaik yang pernah dibuat pelukis Indonesia.
Hal lain yang menarik dalam diri pelukis Basoeki Abdullah yaitu bahwa ia merupakan pelukis tiga jaman. Basoeki Abdullah pernah hidup dalam masa pemerintahan kolonial belanda, pemerintahan jepang dan pemerintahan Indonesia (dari masa perjuangan revolusi, orde lama dan orde baru). Basoeki Abdullah lahir di Solo pada tanggal 27 januari 1915. Ayahnya bernama Abdullah Suriosubroto (seorang pelukis pemandangan alam terkenal pada waktu itu) dan kakeknya adalah dr. Wahidin Sudirohusodo, salah satu tokoh pergerakan nasional Indonesia di tahun 1900-an. Nama Basoeki Abdullah sendiri sebenarnya suatu hal yang menarik, dengan penambahan kata belakang Abdullah, seharusnya nama itu menunjukan bahwa Basoeki Abdullah seharunya seorang muslim, tetapi pada kenyataanya Basoeki Abdullah adalah penganut agama katolik dan banyak masyarakat yang tidak mengetahui hal itu. Awalnya bermula dari sakitnya Basoeki Abdullah diwaktu masa kecil dan ketika melukis Yesus sakitnya sembuh dan kejadian itu berulang kali terjadi, dan pada akhirnya Basoeki Abdullah pun di baptis sebagai seorang penganut agama katolik.
Pendidikan formal Basoeki Abdullah diperoleh di HIS Katolik dan MULO Katolik di solo, Basoeki Abdullah melanjutkan jenjang pendidikanya di Den Haag belanda pada tahun 1933, masuk dalam Akademi Seni Rupa ( Akademic Van Beeldende ) atas bantuan Pastur Koch SJ, yang diselesaikannya dalam waktu dua tahun dua bulan dengan meraih penghargaan Sertifikat Royal International of Art.
Pada masa pemerintahan Jepang, Basoeki Abdullah bergabung dengan gerakan poetra atau pusat tenaga rakyat pada tahun 1943 dan mendapat tugas mengajar seni lukis. Muridnya diantaranya Zaini (pelukis impresionis) dan Kusnadi (kritikus seni Indonesia). Basoeki Abdullah pada masa ini aktif pula di Keimin Bunka Sidhoso (Pusat Kebudayaan Milik Pemerintah Jepang) bersama sama Affandi, S Sudjojono, Otta Djaja dan Basoeki Resobowo.
Pada masa revolusi, Basoeki Abdullah tidak berada di tanah air. Peristiwa yang menonjol dalam perjalanan karirnya sebagai seorang pelukis terjadi pada tanggal 6 September 1948 ketika ia memenangkan sayembara melukis pada waktu penobatan Ratu Yuliana dan berhasil memenangkan sayembara tersebut dan mengalahkan 87 pelukis Eropa. Sejak itulah dunia mengenal Basoeki Abdullah, putera Indonesia yang mengharumkan nama Indonesia.
Hampir sebagian besar kehidupan Basoeki Abdullah itu dihabiskan di luar Indonesia, 20 tahun di eropa dan 17 tahun di Thailand dan banyak melakukan aktivitas pameran tunggal, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, antara lain Jepang, Belanda, Inggris, Portugis, Thailand, Malaysia, Singapore dan lain-lain. Karya lukisnya pun banyak dikoleksi dan dimiliki lebih kurang ada di 22 negara. Basoeki Abdullah juga pernah diangkat sebagai pelukis istana di Thailand pada tahun 1960 dan mendapat penghargaan "Poporo" dari raja Thailand Bhumibol Adulyadej. Pada tahun 1974, Basoeki Abdullah baru kembali ke Indonesia dan menetap di Jakarta hingga wafatnya pada tahun 1993, di rumahnya yang saat ini dijadikan Museum Basoeki Abdullah.
Keunikan lukisan Basoeki Abdullah
Pelukis Basoeki Abdullah adalah salah satu pelukis naturalis yang produktif, karyanya mencapai dua ribuan lebih. Sehingga apabila melihat lukisan karya pelukis Basoeki Abdullah, maka kita akan dihadapkan pada banyak pilihan atau banyak hal unik yang dapt kita pilah untuk dipahami, diantaranya yaitu :
Pertama, bahwa lukisan karya Basoeki Abdullah objeknya terlihat lebih indah dari aslinya. Mengidealisasi bentuk objek yang pada awalnya biasa-biasa saja, dengan sentuhan tangan pelukis Basoeki Abdullah dapat berubah menjadi lebih indah dan lebih sempurna wujud visualnya, dan itu merupakan salah satu ciri khas karya Basoeki Abdullah. Seni yang ideal adalah seni yang indah dan pelukis Basoeki Abdullah selalu berusaha memvisualkan objek pada kanvas dalam bentuk yang ideal dan indah. Sehingga penikmat seni atau penghayat seni akan ikut merasakan dan menikmati apa yang menjadi keinginan mereka dengan melihat karya lukis Basoeki Abdullah. Bukankah dalam kehidupan sehari-hari, banyak manusia berkeinginan berpenampilan sempurna, terlihat cantik, memiliki proporsi tubuh yang ideal dan menarik, dan tidak ingin berkeinginan untuk terlihat sebaliknya. Hal itu wajar saja, dan pelukis Basoeki Abdullah dapat mengubah yang biasa-biasa saja menjadi luar biasa. Inilah yang membedakan lukisan karya Basoeki Abdullah dengan foto (indah tapi tidak merubah apapun dan terkesan biasa), tetapi melalui tangan Basoeki Abdullah, objek dapat divisiualisasikan dalam bentuk yang lebih indah dan sempurna bukan sekadar apa adanya tanpa sentuhan keindahan dan idealisasi bentuk pada objek atau figur yang dilukisnya.
Kedua bahwa dibalik terkenalnya pelukis Basoeki Abdullah sebagai aliran atau gaya naturalis dalam karya lukis yang dihasilkan, lukisan hasil karyanya rupanya memiliki gaya berbeda yang tidak kalah menarik dengan gaya naturalis dalam sebuah proses idealisasi bentuk objek, karya tersebut bukan hanya sekedar memperindah bentuk bahkan lebih dari itu dan sarat dengan pesan kemanusiaan, sosial dan spiritual. Beberapa gaya lukisan yang pernah dibuat oleh pelukis Basoeki Abdullah selain gaya naturalis, diantaranya surealisme, impresionisme dan abstrak.
Pada karya yang berjudul "Bunda Maria versi Jawa" yang dibuat pada tahun 1950, gaya surealis terlihat jelas. Sosok figur wanita jawa yang berpakaian jawa (baju kebaya dan kain batik bermotif parang) melayang dengan sinar kesucianya, memancar dari seluruh tubuhnya menerangi alam di sekitarnya (gunung dan persawahan yang menjadi ciri khas alam di tanah Jawa) dengan tangan terentang kiri dan kanan dan telapak tangan terbuka. Jelas bahwa idealisasi bentuk objek figur Bunda Maria ke dalam bentuk figur wanita Jawa merupakan salah satu bentuk imajinasi budaya yang dimasukkan di dalam karyanya yang mengarah pada alam transenden atau di bawah alam sadarnya akan mimpi mimpinya tentang keberadaan Bunda Maria di Jawa.
Karya lain yang beraliran surealisme adalah lukisan "Bila Tuhan Murka" yang dibuat pada tahun 1950 yang menggambarkan kehancuran atau kiamat dengan pesan moral di dalamnya. Imajinasi dan idealisasi bentuk transenden kiamat digambarkan dalam keadaan bumi runtuh dan terbelah, api yang keluar dari dalam bumi, dan sinar matahari membakar dengan sekumpulan manusia yang bergelimpangan atau berjatuhan ke dalam jurang (tanah yang terbelah). Ini merupakan gambaran suasana yang mencekam yang akan dihadapi manusia ketika terjadi peristiwa kehancuran bumi dan alam semesta (kiamat). Pelukis Basoeki Abdullah telah menggambarkan hal tersebut di alam bawah sadarnya dengan imajinasi yang luar biasa tentang hari kehancuran umat manusia.
Impresionisme dan Abstrak
Dalam perkembangan berikutnya sekitar tahun 1980 s.d 1990-an, pelukis Basoeki Abdullah mulai terlihat ada beberapa perubahan dalam gaya yang ditekuninya selama ini dengan mencoba gaya yang terlihat impresif dan juga abstrak terutama pada karya lukis yang dibuat tahun 1990-an. Kesan bentuk yang detail dan hanya kesan atau esensi objek yang mulai ditonjolkan dalam karyanya, serta cendrung ekpresif mulai tampak dengan goresan yang spontan maupun bentuk konsep abstrak yang tentu sangat jauh berbeda dan bertolak belakang dengan gaya naturalis yang ia tekuni selama ini. Memang masa transisi untuk menerapkan konsep representative pada bentuk objek tidak terlalu lama, hingga proses pencariannya pun tertunda ketika beliau menutup usia. Ini merupakan salah satu sebab kenapa karya abstrak yang mulai ia tekuni pelukis Basoeki Abdullah kurang begitu menyajikan bentuk formalitas objek yang sesungguhnya, tetapi Basoeki Abdullah telah mencobanya. Salah satu lukisan abstrak yang pernah dibuatnya diantaranya, yaitu berjudul "Komposisi" dan "Bencana".
Pada gaya impresionis yang ditekuni pelukis Basoeki Abdullah tidak kalah menariknya dengan gaya naturalis yang tidak pernah beliau tinggalkan dan yang telah membesarkan namanya dalam sejarah perkembangan seni rupa di Indonesia. Beberapa karya impresionis pelukis Basoeki Abdullah dapat relihat pada karya yang berjudul "Pelabuhan" yang dibuat pada tahun 1976 dan karya yang berjudul "Barong Bali" dibuat pada tahun 1992. Kedua karya lukis ini sangat ekspresif, sapuan mengalir dan sangat menarik, karena esensi objek yang divisualkan dalam karya bukan hanya sekedar keindahan semata, tetapi juga totalitas objek dengan penghayatan penuh. Sebenarnya gaya impresionis ini pernah dibuat pula oleh Basoeki Abdullah pada tahun 1950-an dengan menggunakan cat air. Gaya impresionis itu terlihat pada karyanya berjudul "Gadis Bali Membawa Bakul" dan karya berjudul "Tari Kebyar" dibuat tahun 1952. Begitu ekspresif, menarik dan sebuah karya lukis yang sangat Indonesia.
Ketiga, bahwa lukisan potret karya pelukis Basoeki Abdullah merupakan lukisan potret yang luar biasa. Pada umur sepuluh tahun Basoeki Abdullah telah mampu menunjukkan talentanya sebagai pelukis potret yang handal. Terlihat pada karyanya yang berjudul "Mahatma Gandhi" yamg dibuat pada tahun 1925. Goresan dan teknik berkaryanya nyaris sempurna, dan juga pemunculan karakter pada objek tokoh Mahatma Gandhi.
Basoeki Abdullah banyak melukis potret kepala negara, raja, selebritis, tokoh terkenal dan pejabat pemerintahan, wanita cantik, dan juga melukis potret untuk berbagai kalangan, dengan harga yang sudah ditentukan termasuk ukuran karyanya yang pasti, seperti 65 cm x 80 cm, 75 cm x 100 cm, 125 cm x 200 cm dan sebagainya. Di sinilah salah satu keunikan pelukis Basoeki Abdullah dalam mengelola proses berkaryanya terhadap publik atau masyarakat dengan menentukan kepastian harga dan ukuran karyanya.
Keunikan lain hasil karya lukis potret Basoeki Abdullah adalah bahwa ia mampu melukis potret dengan cepat dan hasil karyanya luar biasa, yaitu berupa lukisan sketsa. Lukisan sketsa karya Basoeki Abdullah ini banyak yang berkualitas dan lebih eksperesif dan dinamis dengan satu goresan atau sapuan kuas yang mengalir tanpa ada pengulangan kembali. Lukisan sketsa tersebut dapat dilihat pada karya Basoeki Abdullah yang berjudul "Imelda Marcos", "Dewi Soekarno", "Ibu Tien Soeharto", yang semuanya dibuat pada tahun 1981. Sultan Bolkiah raja Brunei Darussalam yang pernah dilukisnya pernah menjuluki pelukis Baoseki Abdullah sebagai "pelukis "Twenty menit". Di samping Basoeki Abdullah dapat melukis dengan cepat, dalam berkarya pun ada yang dibuat dengan proses yang cukup lama dengan kemampuan teknis yang tinggi, detil, artistik, bahkan dapat dikatakan sempurna, di antaranya yaitu lukisan dengan judul "Raja Bhumibol Adulyadej " dan "Ratu Sirikit " yang dibuat pada tahun 1960, dan lukisan yang berjudul "Jenderal Soeharto" yang di buat pada tahun 1968.
Keempat, bahwa lukisan yang dibuat Basoeki Abdullah memiliki beraneka ragam yang berbeda dengan pelukis lainnya. Lukisan yang dibuat Basoeki Abdullah bukan hanya lukisan dengan tema pemandangan alam (Mooi Indie) seperti yang diungkapakan oleh S.Sudjojono sebagai bentuk sindiran terhadap hasil karya lukis Basoeki Abdullah. Tema-tema dalam karya lukisnya begitu beragam di antaranya, yaitu tema dongeng, legenda dan mitos; tema pemandangan alam; tema perjuangan; tema sosial atau kehidupan sehari-hari; tema binatang dan tumbuh tumbuhan; tema spiritual dan keagamaan; tema kemanusiaan; tema yang berkaitan tokoh terkenal; tema potret; dan sebagainya. Bandingkan dengan karya-karya pelukis Dullah yang lebih fokus pada tema perjuangan, potret, sosial, dan pemandangan alam atau tumbuh-tumbuhan. Bandingkan pula dengan lukisan karya pelukis Affandi yang lebih fokus pada dirinya sendiri, keluarga dan pengalaman hidupnya, kehidupan masyarakat kecil dan perjuangan hidupnya, dan tumbuh-tumbuhan. Pelukis Basoeki Abdullah nampaknya memiliki kelengkapan dalam hal tema yang diangkat dalam karya lukisnya, sehingga terlihat tidak membosankan bahkan ia pun tahu apa yang sebenarnya dibutuhkan masyarakat melalui karya lukisnya. Sehingga karya lukisnya terlihat sarat makna dan tetap membumi sesuai dengan peristiwa yang terjadi yang terdapat dalam kehidupan sehari hari masyarakat Indonesia.
Kelima, bahwa lukisan karya pelukis Basoeki Abdullah lebih banyak diterima dan diapresiasi oleh berbagai lapisan masyarakat, baik masyarakat elit maupun masyarakat kebanyakan. Lukisan karya Basoeki Abdullah itu mudah untuk dicerna, bahkan oleh masyarakat awam sekalipun dan lukisannya tidak perlu membutuhkan interpretasi yang lebih dengan dahi berkerenyit dan juga indah untuk dilihat dinikmati sebagai karya seni. Inilah salah satu kelebihan lukisan karya Basoeki Abdullah yang objek lukisannya (baik pemandangan alam, figur manusia, potret, dll) mampu diidealiskan secara sempurna oleh Basoeki Abdullah sesuai dengan keinginan dan harapan masyarakat atau manusia pada umumnya. Keinginan dan harapan untuk dilihat lebih sempurna, lebih menawan dan juga keindahan yang lainnya. Padahal apabila melihat ke belakang terkait dengan perjalanan sejarah perkembangan seni rupa Indonesia maupun konteks saat ini, jarang sekali para pengkritik seni rupa memberikan pujian untuk lukisan Basoeki Abdullah. Mereka lebih banyak mengagungkan dan mengapresiasi lebih banyak karya lukis modern dan kontemporer yang begitu rumit dengan berbagai konsep individual senimannya dan bahasa visual berupa karya lukis yang sulit untuk dimengerti dan dipahami oleh masyarakat kebanyakan. Suatu proses pencarian seni rupa Indonesia yang rumit dengan tetap mengadopsi gaya seni rupa di luar Indonesia. Suatu hal yang tidak disadari oleh pelaku seni dan juga para pengkritik seni. Jadi apa gunanya, karena karya seni tidak bisa berdiri sendiri lepas dari kehidupan masyarakat termasuk termasuk masyarakat awam sekalipun. Rupanya pelukis Basoeki Abdullah lebih banyak bisa menjawab apa yang menjadi kebutuhan dan rasa keindahan yang tertanam dalam kehidupan masyarakat Indonesia.